Selasa, 17 Desember 2024

Jamasan Pusaka

 



       



           Sejalan dengan sejarahnya yang plural, terlihat dari berbagai versi babad Banyumasan terkemas, maka ragam pula representasi cobak kebudayaan mengiringi perkembangan Banyumas dari zaman nenek moyang hingga era sekarang. Terdapat fakta bahwa produk kebudayaan yang tersaji di Banyumas tidak hanya semacam, karena selain dari bahasa yang khas, kesenian dan kehidupan religi juga menjadi identitas unik dari masyarakat Banyumas.

Tercatat lebih dari 13 macam kesenian menjadi profile budaya di Banyumas, kesenian ini lebih condong menampilkan pertunjukan sebagai simbol peringatan hari-hari tertentu. Namun seiring berkembangnya zaman kesenian ini biasa ditampilkan untuk hiburan semata. Diantara banyaknya yang biasa ditampilkan antara lain; wayang kulit, begalan, calung Banyumasan, lengger, sintren buncis, sholawat Jawa, Ebeg, dan lainnya.
Sebagai bangsa yang terkenal citra ragam tradisi budaya yang mengakar kuat dalam sedimentasi masyarakat, agama, dan bernegara. Begitu halnya dalam merayakan kelahiran nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana masyarakat muslim di sebagian wilayah di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan DIY memiliki tradisi yang unik dalam merayakan bulan maulid nabi. Banyak dilakukan sebagai contoh “Grebeg Maulud” di kesultanan Ngayogyakarto dan beberapa istilah lain di daerah yang berbeda pula. di sebagian daerah di Banyumas juga memiliki ciri khas tersendiri yang masyhur dengan istilah “Penjamasan” yang mana tradisi ini dilakukan dengan membasuh atau membersihkan pusaka atau Jimat (Barang Siji Di Rumat) bahasa Banyumasan.

Selasa, 03 Desember 2024

Reresik Awak, Reresik Ati: Wudhu Sempurna untuk Sholat yang Diterima (TUGAS UTS TID-5 KPI C)


   


Dalam ajaran Islam, kebersihan adalah bagian dari iman. Konsep ini sejalan dengan falsafah Jawa, khususnya bagi perempuan Penginyongan di Banyumas, yang sering mengedepankan prinsip "Reresik awak, reresik ati" (membersihkan tubuh, membersihkan hati). Salah satu bentuk kebersihan yang wajib diperhatikan adalah kesempurnaan wudhu.

Bagi perempuan yang terbiasa menggunakan make up, terutama jenis waterproof, penting untuk memahami bahwa make up yang menutupi kulit bisa menghalangi air wudhu menyentuh permukaan kulit. Hal ini dapat menyebabkan wudhu tidak sah, dan sholat yang dilakukan pun tidak diterima.

  1. QS. Al-Maidah: 6
    "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai dengan siku..."
    Ayat ini menunjukkan bahwa membasuh wajah secara menyeluruh adalah syarat wajib sahnya wudhu.

  2. Hadits Riwayat Muslim, No. 243
    Rasulullah SAW pernah menegur sahabat yang tidak sempurna wudhunya:
    "Kembalilah dan sempurnakan wudhumu."
    Dari hadits ini, jelas bahwa bagian tubuh yang wajib dibasuh harus terkena air tanpa ada penghalang.

  3. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
    "Tidak diterima sholat seseorang yang berhadats hingga ia berwudhu."

    Ini menegaskan bahwa sahnya sholat bergantung pada wudhu yang benar dan sempurna.


Reresik Awak, Reresik Ati dalam Konteks Wudhu

Prinsip "Reresik awak, reresik ati" dalam budaya Penginyongan memiliki makna mendalam. Membersihkan tubuh tidak hanya sebatas fisik, tetapi juga membersihkan hati dari hal-hal yang merusak niat ibadah. Dalam konteks wudhu, perempuan Penginyongan diingatkan untuk:

  1. Reresik Awak (Membersihkan Tubuh):

    • Sebelum berwudhu, pastikan wajah bersih dari make up waterproof seperti foundation, lipstik, atau maskara. Hal ini agar air dapat menyentuh kulit secara langsung.
    • Gunakan pembersih yang efektif agar tidak ada sisa penghalang air di kulit.
  2. Reresik Ati (Membersihkan Hati):

    • Niatkan wudhu dengan tulus karena Allah SWT. Kesucian lahir dan batin akan menjadi kunci diterimanya sholat.

Kearifan Lokal dan Dakwah Panginyongan

Perempuan Banyumas dikenal sebagai sosok yang sederhana, lugu, namun tangguh dalam memegang prinsip hidup. Budaya reresik atau kebersihan sangat melekat pada kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menjalankan ibadah. Melalui dakwah ini, perempuan Penginyongan diingatkan bahwa kebiasaan menjaga kebersihan fisik harus diiringi dengan kesadaran terhadap syarat sah ibadah, seperti wudhu yang sempurna.

Kesempurnaan wudhu mencerminkan kesucian diri, dan kesucian diri adalah cermin perempuan Penginyongan yang beriman, berakhlak, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan.


Untuk memastikan wudhu sah dan sempurna:

  1. Bersihkan wajah dari make up waterproof sebelum berwudhu.
  2. Pastikan tidak ada penghalang air di area wajah, tangan, kepala, dan kaki.
  3. Lakukan wudhu dengan niat yang ikhlas dan sempurna sesuai sunnah Rasulullah SAW.

Konsep "Reresik awak, reresik ati" mengajarkan kita bahwa kebersihan fisik dan kesucian hati adalah satu kesatuan. Menjaga wudhu agar sah bukan hanya kewajiban dalam syariat, tetapi juga refleksi dari kearifan lokal perempuan Penginyongan yang menjunjung tinggi kebersihan dan kesederhanaan. Dengan memastikan wudhu sempurna, kita tidak hanya menjaga sahnya sholat, tetapi juga menjaga kesucian hati dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Kebersihan adalah sebagian dari iman" (HR. Muslim)


#ReresikAwakReresikAti #DakwahPanginyongan #PerempuanBanyumas #WudhuSempurna #FiqihWanita #KebersihanDalamIslam



TUGAS UTS MATA KULIAH TID (TEKNOLOGINYA INFORMASI DAKWAH)

Nama: Syifa Vidya Astuti 

NIM.  : 224110102119

Kelas. : 5 KPI C


Mendoan: Lebih dari Sekadar Gorengan





Mendoan, makanan khas Banyumas, bukan hanya sekadar gorengan yang renyah dan gurih. Di balik adonan tepung yang melapisi tempe tipis ini, tersembunyi cerita budaya, tradisi, dan identitas masyarakat Banyumas. Mendoan adalah simbol kebersamaan, keramahan, dan cara hidup sederhana yang terus bertahan di tengah gempuran modernitas.
Asal Usul Mendoan
Kata mendoan berasal dari bahasa Banyumasan, yaitu mendo, yang berarti setengah matang atau lembek. Proses penggorengan yang cepat membuat mendoan berbeda dari gorengan biasa yang lebih kering. Kuliner ini konon mulai dikenal sejak abad ke-19, ketika masyarakat Banyumas menciptakan cara baru untuk mengolah tempe dengan cepat tanpa kehilangan rasa.
Ritual dan Tradisi di Balik Mendoan
Mendoan bukan sekadar makanan harian. Di Banyumas, mendoan sering hadir dalam berbagai acara adat dan pertemuan keluarga. Saat ada hajatan, kenduri, atau bahkan diskusi ringan di warung kopi, mendoan menjadi sajian wajib yang menghangatkan suasana.
Selain itu, filosofi mendoan mencerminkan sifat gotong-royong masyarakat Banyumas. Proses pembuatannya yang sederhana memungkinkan siapa saja untuk terlibat, dari membuat adonan hingga menggoreng bersama-sama.
Ragam Mendoan: Dari Klasik hingga Modern
Meski versi klasik mendoan menggunakan tempe, kini banyak inovasi yang muncul, seperti:
  • Mendoan Tahu: Menggunakan tahu sebagai bahan utama.
  • Mendoan Jamur: Alternatif bagi pecinta vegetarian.
  • Mendoan Isi: Berisi campuran sayuran atau daging cincang.
Inovasi ini tetap mempertahankan ciri khas mendoan, yaitu tekstur lembut dan rasa gurih.
Makna Sosial dan Ekonomi
Mendoan juga menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang. Penjual mendoan, mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran besar, mengandalkan makanan ini sebagai daya tarik. Selain itu, mendoan juga berkontribusi dalam mempromosikan Banyumas di kancah nasional, bahkan internasional.
Pada 2021, mendoan resmi diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa mendoan bukan hanya milik Banyumas, tetapi juga bagian penting dari kekayaan kuliner Nusantara.
Resep Sederhana Mendoan Khas Banyumas
Ingin mencoba membuat mendoan di rumah? Berikut resepnya:
Bahan:
  • 10 lembar tempe tipis
  • 150 gram tepung terigu
  • 50 gram tepung beras
  • 3 batang daun bawang, iris tipis
  • 2 siung bawang putih, haluskan
  • Garam dan penyedap rasa secukupnya
  • Air secukupnya
Langkah:
  1. Campurkan tepung terigu, tepung beras, bawang putih, daun bawang, garam, dan penyedap rasa. Tambahkan air hingga adonan sedikit encer.
  1. Celupkan tempe ke dalam adonan.
  1. Goreng dalam minyak panas selama 1–2 menit hingga setengah matang.
  1. Sajikan hangat dengan sambal kecap.

Mendoan lebih dari sekadar gorengan; ia adalah identitas, tradisi, dan kebanggaan masyarakat Banyumas. Saat mencicipi mendoan, kita tidak hanya menikmati kelezatannya, tetapi juga merasakan cinta dan kearifan lokal yang menyertainya.
Maka, lain kali kamu menikmati mendoan, ingatlah bahwa setiap gigitan adalah perjalanan ke akar budaya Banyumas.

Jamasan Pusaka

                     Sejalan dengan sejarahnya yang plural, terlihat dari berbagai versi babad Banyumasan terkemas, maka ragam pula represen...