Sejalan dengan sejarahnya yang plural, terlihat dari berbagai versi babad Banyumasan terkemas, maka ragam pula representasi cobak kebudayaan mengiringi perkembangan Banyumas dari zaman nenek moyang hingga era sekarang. Terdapat fakta bahwa produk kebudayaan yang tersaji di Banyumas tidak hanya semacam, karena selain dari bahasa yang khas, kesenian dan kehidupan religi juga menjadi identitas unik dari masyarakat Banyumas.
Tercatat lebih dari 13 macam kesenian menjadi profile budaya di Banyumas, kesenian ini lebih condong menampilkan pertunjukan sebagai simbol peringatan hari-hari tertentu. Namun seiring berkembangnya zaman kesenian ini biasa ditampilkan untuk hiburan semata. Diantara banyaknya yang biasa ditampilkan antara lain; wayang kulit, begalan, calung Banyumasan, lengger, sintren buncis, sholawat Jawa, Ebeg, dan lainnya.
Sebagai bangsa yang terkenal citra ragam tradisi budaya yang mengakar kuat dalam sedimentasi masyarakat, agama, dan bernegara. Begitu halnya dalam merayakan kelahiran nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana masyarakat muslim di sebagian wilayah di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan DIY memiliki tradisi yang unik dalam merayakan bulan maulid nabi. Banyak dilakukan sebagai contoh “Grebeg Maulud” di kesultanan Ngayogyakarto dan beberapa istilah lain di daerah yang berbeda pula. di sebagian daerah di Banyumas juga memiliki ciri khas tersendiri yang masyhur dengan istilah “Penjamasan” yang mana tradisi ini dilakukan dengan membasuh atau membersihkan pusaka atau Jimat (Barang Siji Di Rumat) bahasa Banyumasan.

